Sebuah korban dilaporkan di Meksiko dimana seorang pria meninggal baru-baru ini karena sejenis flu burung, H5N2. Sebelum kejadian ini, strain khusus ini belum pernah terlihat menginfeksi manusia sebelumnya, lapor The Guardian.
Hingga saat ini, berbagai kemungkinan penyebab bagaimana virus tersebut menginfeksi pria tersebut masih belum jelas. Kabarnya, ditemukan pada unggas di Meksiko.
Para ilmuwan khawatir bahwa perubahan kecil pada virus ini bisa sangat menular dan menular ke manusia. Namun, mengingat populasinya yang besar, kemungkinan penularan di Meksiko saat ini sangat kecil.
Pria yang meninggal setelah tertular virus ini juga memiliki banyak masalah kesehatan. Terlebih lagi, tanda-tanda penyebaran infeksi dari pria ke orang lain dapat diabaikan.
Dilaporkan, di wilayah tetangga, kasus asap ini telah ditemukan secara terpisah. Para pejabat gagal membangun hubungan tersebut.
Berdasarkan Reuters, orang-orang di Amerika baru-baru ini terinfeksi H5N1, sejenis flu burung. Namun, strain H5N2 yang baru ditemukan berbeda dengan strain yang sudah ada.
Apa itu Avian Influenza A (H5N2)?
Virus H5N2 dikenal juga dengan nama virus Avian Influenza A. Sesuai Organisasi Kesehatan Dunia, virus H5N2 beredar di hewan. Namun, mereka juga bisa menginfeksi manusia.
Manusia yang tertular virus ini tertular melalui lingkungan yang terkontaminasi atau hewan yang terinfeksi.
Virus influenza A dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis berdasarkan inang aslinya. Yaitu virus flu babi, flu burung, atau jenis virus influenza hewan lainnya.
Ketika virus Avian influenza menginfeksi manusia, virus ini dapat berakibat fatal, menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga berat. Gejala lain yang dilaporkan adalah ensefalopati, ensefalitis, gejala gastrointestinal, dan Konjungtivitis.
Untuk mendiagnosis infeksi influenza pada manusia, pemeriksaan laboratorium sangat penting.
WHO secara rutin memperbarui protokol panduan teknis sehingga influenza zoonosis dapat dideteksi secara efektif. Metode seperti RT-PCR juga dikembangkan.
Menurut beberapa bukti, dengan bantuan beberapa obat antivirus seperti penghambat neuraminidase, hal ini dapat meningkatkan persentase kelangsungan hidup dan mengurangi durasi replikasi virus.