Para menteri dan pemimpin dari lebih dari 180 negara berkumpul di Nairobi untuk menghadiri sesi keenam Majelis Lingkungan Hidup PBB (UNEA-6) pada hari Senin, untuk membahas perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi. Lebih dari 7.000 delegasi dan 170 menteri diperkirakan akan berpartisipasi hingga 1 Maret.
Fokusnya adalah memperkuat multilateralisme lingkungan hidup untuk mengatasi krisis tiga planet. Diskusi akan mencakup resolusi mengenai solusi berbasis alam, pestisida yang sangat berbahaya, degradasi lahan, dan banyak lagi.
UNEA adalah badan pengambil keputusan tertinggi di bidang lingkungan hidup secara global dengan 193 negara anggota PBB sebagai anggotanya. Ini menetapkan prioritas kebijakan lingkungan global dan mengembangkan hukum lingkungan internasional.
Presiden UNEA-6, Leila Benali menekankan perlunya multilateralisme yang efektif untuk membuat perbedaan nyata di tengah gejolak yang disebabkan oleh perubahan iklim, kepunahan spesies, dan polusi.
Tahun ini, UNEA-6 akan menyaksikan negara-negara mempertimbangkan 19 resolusi yang mencakup berbagai isu lingkungan. Diskusi tersebut merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mendorong tindakan multilateral yang ambisius terhadap lingkungan.
Delegasi pada acara tersebut akan mencakup kepala negara, perwakilan pemerintah, masyarakat sipil, dan pemimpin sektor swasta. Dialog dan acara sampingan diharapkan dapat membuka jalan bagi peningkatan koordinasi global dan regional dalam mengatasi tantangan-tantangan planet.