New Delhi, 25 Feb (IANS) – Polisi Tiongkok telah memulai interogasi keras terhadap lebih dari 1.000 warga Tibet di Tiongkok tengah yang memprotes proyek bendungan. Para tahanan, termasuk biksu Buddha dan penduduk setempat, dipukuli dengan parah dan beberapa memerlukan perawatan medis, menurut laporan Radio Free Asia (RFA).
Penangkapan terjadi pada tanggal 23 Februari di kotapraja Wangbuding, Kabupaten Dege di Prefektur Otonomi Tibet Kardze di provinsi Sichuan. Warga Tibet menjadi sasaran kekerasan fisik ketika mereka menolak menjawab pertanyaan selama interogasi, kata seorang sumber kepada RFA yang tidak mau disebutkan namanya.
Menurut sumber tersebut, banyak dari orang yang ditahan harus dirawat di rumah sakit akibat pemukulan yang mereka terima. Protes dimulai pada tanggal 14 Februari terhadap pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air Gangtuo di Sungai Drichu, yang akan menyebabkan pengungsian dua komunitas besar dan tenggelamnya beberapa biara, termasuk Biara Wonto yang bersejarah yang terkenal dengan mural kuno yang berasal dari zaman tersebut. abad ke-13.
“Beberapa warga Tibet yang ditangkap ditahan di kantor polisi di Upper Wonto, sementara yang lain ditahan di penjara tua di Kabupaten Dege,” lapor RFA. Karena banyaknya tahanan, mereka tersebar di berbagai lokasi di Kabupaten Dege karena pihak berwenang tidak memiliki satu fasilitas pun untuk menampung mereka semua.
Sumber kedua menyampaikan kepada RFA bahwa warga Tibet yang ditangkap tidak diberikan makanan apa pun kecuali air panas, sehingga menyebabkan banyak orang pingsan karena kurangnya makanan di suhu yang sangat dingin. Perlakuan kasar terhadap para pengunjuk rasa telah menimbulkan kekhawatiran mengenai pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut, karena pihak berwenang Tiongkok terus melakukan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
–IAN
san/pgh